SALPINGITIS
(RADANG PANGGUL)
2.1 DEFINISI
Penyakit radang panggul (PRP) adalah peradangan
infeksius organ-organ di saluran genitalia atas wanita, termasuk uterus, tuba
fallopii (salpingitis), atau ovarium (ooforitis). Agens infeksius biasanya
adalah bakteri dan sering didapat melalui hubungan kelamin. Berbagai kuman
dapat menjadi penyebab, termasuk Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis,
dan Escherichia coll. Pada kasus-kasus yang parah, seluruh rongga peritoneum
dapat terkena.
Penyakit Radang Panggul (Salpingitis, PID, Pelvic
Inflammatory Disease) adalah suatu peradangan pada tuba falopii (saluran
menghubungkan indung telur dengan rahim).
Peradangan tuba falopii terutama terjadi pada wanita yang secara seksual
aktif. Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD. Bisasanya
peradangan menyerang kedua tuba. Infeksi bisa menyebar ke rongga perut dan
menyebabkan peritonitis.
2.2 PENYEBAB
Peradangan
biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui vagina
dan bergerak ke rahim lalu ke tuba falopii. 90-95% kasus PID disebabkan oleh
bakteri yang juga menyebabkan terjadinya penyakit menular seksual (misalnya
klamidia, gonore, mikoplasma, stafilokokus, streptokokus). Infeksi ini jarang
terjadi sebelum siklus menstruasi pertama, setelah menopause maupun selama
kehamilan. Penularan yang utama terjadi melalui hubungan seksual, tetapi
bakteri juga bisa masuk ke dalam tubuh setelah prosedur kebidanan / kandungan
(misalnya pemasangan IUD, persalinan, keguguran, aborsi dan biopsi
endometrium).
2.3 GEJALA UTAMA
Gejala
biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri
pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau
muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba falopii. Tuba yang tersumbat bisa
membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun,
perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan. Infeksi bisa menyebar
ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan
perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ-organ perut serta menyebabkan
nyeri menahun.
Di dalam tuba,
ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah).Jika abses pecah
dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa
mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi ke dalam darah
sehingga terjadi sepsis.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan pada PID:
- Keluar
cairan dari vagina dengan warna, konsistensi dan bau yang abnormal
- Demam
- Perdarahan menstruasi yang tidak teratur atau spotting (bercak-bercak kemerahan di celana dalam
- Kram karena menstruasi
- Nyeri ketika melakukan hubungan seksual
- Perdarahan setelah melakukan hubungan seksual
- Nyeri punggung bagian bawah
- Kelelahan
- Nafsu makan berkurang
- Sering berkemih
- Nyeri ketika berkemih
2.4 DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil
pemeriksaan fisik. Dilakukan pemeriksaan panggul dan perabaan perut.
Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan:
- Pemeriksaan darah lengkap
- Pemeriksan cairan dari serviks
- Kuldosentesis
- Laparoskopi
- USG panggul.
2.5 FAKTOR RESIKO
Faktor resiko
terjadinya PID: Aktivitas seksual pada masa remaja ,Berganti-ganti pasangan
seksual ,Pernah menderita PID ,Pernah menderita penyakit menular seksual
,Pemakaian alat kontrasepsi yang bukan penghalang.
2.6 AKIBAT SALPINGITIS
- Kehamilan ektopik atau hamil di luar kandungan. Untuk mendeteksi kemungkinan hal ini terjadi segera lakukan pemeriksaan ultrasonografi apabila terjadi kehamilan pasca menderita penyakit radang panggul.
- Infertilitas. Penyakit radang panggul dapat meningkat pada penderita hingga 17%. Hal ini karena terjadi perubahan pada anatomi tuba falopi.
- Bayi lahir cacat atau meninggal. Jika bayi dilahirkan lewat vagina yang memiliki banyak kuman, maka kuman-kuman itu pun akan ikut dengan si bayi. Akibat lain dari peradangan saat hamil, bayi bisa lahir prematur, terjadi penyebaran kuman pada tubuh bayi. Dan jika infeksi parah, bayi dalam rahim bisa meninggal.
2.7 PENGOBATAN
PID tanpa komplikasi bisa diobati dengan
antibiotik dan penderita tidak perlu dirawat. Jika terjadi komplikasi atau
penyebaran infeksi, maka penderita harus dirawat di rumah sakit.
Antibiotik diberikan secara intravena (melalui
pembuluh darah) lalu diberikan per-oral (melalui mulut).Jika tidak ada respon
terhadap pemberian antibiotik, mungkin perlu dilakukan pembedahan. Pasangan
seksual penderita sebaiknya juga menjalani pengobatan secara bersamaan dan
selama menjalani pengobatan jika melakukan hubungan seksual, pasangan penderita
sebaiknya menggunakan kondom.
DAFTAR
PUSTAKA
- Memahami
Kesehatan reproduksi wanita ed 2
- Buku Saku Patofisiologi Corwin
- http://www.conectique.com/tips_solution/health/herbs/article.php?article_id=6092
- http://lital08.student.ipb.ac.id/2010/06/19/penyakit-radang-panggul/
- http://www.arthazone.com/news_detail.php?nid=1198&catid=13
- Prawiroharjo,Sarwono.”Ilmu kandungan”.2008.Jakarta:Yayasan bina pustaka sarwono
Tidak ada komentar:
Posting Komentar