Jumat, 23 Maret 2012

TUMOR JINAK PADA PAYUDARA




FIBROADENOMA MAMMAE



A.Definisi

Fibroadenoma mammae adalah tumor jinak yang sering terjadi di payudara. Benjolan tersebut berasal dari jaringan fibrosa (mesenkim) dan jaringan glanduler (epitel) yang berada di payudara, sehingga tumor ini disebut sebagai tumor campur (mix tumor), tumor tersebut dapat berbentuk bulat atau oval, bertekstur kenyal atau padat, dan biasanya nyeri. Fibroadenoma ini dapat kita gerakkan dengan mudah karena pada tumor ini terbentuk kapsul sehingga dapat mobile, sehingga sering disebut sebagai ”breast mouse”.

Penyakit fibroadenoma adalah penyakit  wanita muda dengan frekuensi yang paling tinggi pada wanita yang berumur 20- 25 tahun menurut Wilson dalam buku christoper – davis ada hubungan antara kadar hormone wanita dalam darah dan penyakit ini. Karena dapat timbul soliter atau multiple, gampang digerakkan berbentuk licin atau cobulated sama sekali bebas dr jaringan payudara sekitarnya dan tidak berubah ubah besarnya dengan siklus haid .

Putting susu tidak memperlihatkan ada perusakan dan sama sekali tidak nyeri spontan atau nyeri tekan.
Pengobatan terbaik adalah biopsi dan eksasi dan oleh karena penyakit ini serta cystic disease dipengaruhioleh estrogen. Tidak jarang kita melihat kedua penyakit tersebut timbul secara simultan.


B. Etiologi dan Epidemiologi

Penelitian saat ini belum dapat mengungkap secara pasti apa penyebab sesungguhnya dari fibroadenoma mammae, namun diketahui bahwa pengaruh hormonal sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dari fibroadenoma mammae, hal ini diketahui karena ukuran fibroadenoma dapat berubah pada siklus menstruasi atau pada saat kehamilan. Perlu diingat bahwa tumor ini adalah tumor jinak, dan fibroadenoma ini sangat jarang atau bahkan sama sekali tidak dapat menjadi kanker atau tumor ganas.

Fibroadenoma mammae biasanya terjadi pada wanita usia muda, yaitu pada usia sekitar remaja atau sekitar 20 tahun. Berdasarkan laporan dari NSW Breats Cancer Institute, fibroadenoma umumnya terjadi pada wanita dengan usia 21-25 tahun, kurang dari 5% terjadi pada usia di atas 50, sedangkan prevalensinya lebih dari 9% populasi wanita terkena fibroadenoma. Sedangkan laporan dari Western Breast Services Alliance, fibroadenoma terjadi pada wanita dengan umur antara 15 dan 25 tahun, dan lebih dari satu dari enam (15%) wanita mengalami fibroadenoma dalam hidupnya. Namun, kejadian fibroadenoma dapat terjadi pula wanita dengan usia yang lebih tua atau bahkan setelah menopause, tentunya dengan jumlah kejadian yang lebih kecil
disbanding pada usia muda.
C. Diagnosis

Fibroadenoma dapat didiagnosis dengan tiga cara, yaitu dengan pemeriksaan fisik (phisycal examination), dengan mammography atau ultrasound, dengan Fine Needle Aspiration Cytology (FNAC). Pada pemeriksaan fisik dokter akan memeriksa benjolan yang ada dengan palpasi pada daerah tersebut, dari palpasi itu dapat diketahui apakah mobil atau tidak, kenyal atau keras,dll. Mammography digunakan untuk membantu diagnosis, mammography sangat berguna untuk mendiagnosis wanita dengan usia tua sekitar 60 atau 70 tahun, sedangkan pada wanita usia muda tidak digunakan mammography, sebagai gantinya digunakan ultrasound, hal ini karena fibroadenoma pada wanita muda tebal, sehingga tidak terlihat dengan baik bila menggunakan mammography. Pada FNAC kita akan mengambil sel dari fibroadenoma dengan menggunakan penghisap berupa sebuah jarum yang dimasukkan pada suntikan. Dari alat tersebut kita dapat memperoleh sel yang terdapat pada fibroadenoma, lalu hasil pengambilan tersebut dikirim ke laboratorium patologi untuk diperiksa di bawah mikroskop. Dibawah mikroskop tumpor tersebut tampak seperti berikut : a. Tampak jaringan tumor yang berasal dari mesenkim (jaringan ikat fibrosa) dan berasal dari epitel (epitel kelenjar) yang berbentuk lobus-lobus; b. Lobuli terdiri atas jaringan ikat kolagen dan saluran kelenjar yang berbentuk bular (perikanalikuler) atau bercabang (intrakanalikuler); c. Saluran tersebut dibatasi sel-sel yang berbentuk kuboid atau kolumnar pendek uniform

 D. Penyebab

Penyebab terjadinya fibroadenoma masih belum diketahui secara pasti. Para ahli medis berpendapat jika terbentuknya fibroadenoma ada hubungannya dengan hormon reproduksi. Sebabnya, fibroadenoma seringkali muncul pada usia produktif, masa kehamilan, terapi estrogen, dan cenderung menghilang pada saat menopause.

E. Komplikasi

Jenis tertentu dari fibroadenoma bisa meningkatkan risiko kanker payudara. Meski demikian, kebanyakan kasus fibroadenoma tidak menyebabkan kanker payudara. Kalaupun ditemukan penderita kanker payudara yang memiliki fibroadenoma, biasanya ada komplikasi lainnya. Atau bisa jadi orang tersebut memiliki risiko kanker payudara yang tinggi baik dari keluarga ataupun lingkungannya.

F. Terapi (treatment)

Terapi untuk fibroadenoma tergantuk dari beberapa hal sebagai berikut:

1. Ukuran
2. Terdapat rasa nyeri atau tidak
3. Usia pasien
4. Hasil biopsy

Terapi dari fibroadenoma mammae dapat dilakukan dengan operasi pengangkatan tumor tersebut, biasanya dilakukan general anaesthetic pada operasi ini. Operasi ini tidak akan merubah bentuk dari payudara, tetapi hanya akan meninggalkan luka atau jaringan parut yang nanti akan diganti oleh jaringan normal secara perlahan.

Benjolan fibroadenoma bisa bertumbuh besar dan mengubah bentuk payudara. Benjolan tersebut bisa dihilangkan dengan jalan operasi jika pasien merasa tidak nyaman dengan bentuk payudaranya. Atau bisa juga dihilangkan jika dokter merasa benjolan tersebut akan menjadi bibit suatu masalah kesehatan.
Proses untuk menghilangkan fibroadenoma ini disebut dengan lumpektomi. Prosedur ini bisa menggunakan anastesi lokal atau umum. Kemudian ahli bedah akan membuat sayatan kecil di payudara untuk mengangkat benjolan fibroadenoma beserta jaringan payudara yang menempel pada benjolan.
Benjolan fibroadenoma bisa muncul berulang kali. Jadi, meski sudah menjalani pengangkatan, benjolan baru bisa muncul kembali. Benjolan baru ini bisa dihilangkan dengan jalan pembedahan, sama seperti benjolan lama. Tapi tidak menjamin jika benjolan tidak akan tumbuh kembali.
Walau demikian, tindakan bedah tidak selalu menjadi jalan keluar untuk mengatasi fibroadenoma. Terutama pada wanita yang masih tergolong usia muda (20 hingga 30 tahun). Alasannya, tindakan bedah bisa merusak bentuk payudara dan meninggalkan bekas sayatan. Bekas luka dan bentuk abnormal ini dikhawatirkan malah menjadi masalah di kemudian hari. Apalagi benjolan ini cenderung mengecil dan hilang ketika wanita menginjak usia diatas 30 tahun. Jika hendak membiarkan benjolan tersebut, sebaiknya terus dipantau perkembangannya. Jika benjolan bertambah besar dan mulai terasa nyeri, segera periksakan diri ke dokter.




DAFTAR PUSTAKA


1. The Ottawa Hospital Women’s Braest Health Center
2. www.breastcancercare.org.uk
3. NSW Breast Cancer Institute
(www.bci.org.aupublicguides_Mar06Fibroadenoma%20111005.pdf-)


Ilmu kandungan ed. 2, cet. 3 Jakarta: yayasan bia pustaka sarwono prawirohardjo,1999
Hal 485





Kamis, 08 Maret 2012

Laporan Pendahuluan Nifas


MASA NIFAS

Masa Nifas adalah masa pulih kembali mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Lama masa nifas ini adalah 6 – 2 minggu.
Nifas dibagi dalam 3 periode :
1.      Puerperium Dini
      Kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2.      Puerperium Intermedial
      Kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu.
3.      Remote Puerperium
      Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna

Involusi Alat-alat Kandungan :
1.      Uterus
Secara berangsur-angsur menjadi kecil sampai akhirnya kembali sebelum hamil.
2.      Bekas Implantasi Uri
Mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum Uteri dengan diameter 7,5 cm, sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm, minggu ke 2,4 cm dan akhirnya pulih.
3.      Luka – luka
Luka pada jalan lahir jika tidak disertai Infeksi atau sembuh dalam 6-7 hari
4.      Rasa Sakit ( After Pains )
Disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.
5.      Lochia
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina.
· Lochia Rubra : berisi darah segar dan sisa selaput ketuban, sel desidua, verniks, lanugo dan mekoneum selama 2 hari paska persalinan.
· Lochia Sanginolenta : warna merah kuning berisi darah dan lendir. Hari ke: 3-7 PP
· Lochia Serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi. Hari ke 7-14 PP
· Lochia Alba : cairan putih > 14 hari PP.
Serviks
Setelah persalinan bentuk serviks agak menganga seperti corong. Setelah bayi lahir tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui 2-3 jari dan 7 hari dapat dilalui 1 jari.

6.      Ligamen – ligamen
Liagamen Fasia dan diafragma pelvis yang mengendor pada waktu persalinan, setelah bayi lahir berangsur ciut dan pulih kembali.

Perawatan Pasca Persalinan :
1.      Mobilisasi
Setelah melahirkan ibu harus istirahat terlentang selama 8 jam kemudian boleh miring kekiri dan kekanan. Hari ke 2 diperbolehkan duduk, hari ke 3 jalan-jalan, hari ke 4 atau 5 diperbolehkan pulang.
2.      Diet
Sebaiknya makan – makanan yang mengandung protein, banyak cairan, sayur mayur dan buah – buahan.
3.      Miksi
Kadang wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uterus ditekan kepala janin dan spasme oleh iritasi. Sfingter ani selama persalinan oleh sebab itu kandung kemih menjadi ocdem. Kencing hendaknya dapat dilakukan sendiri secepatnya.
4.      Defekasi
BAB harus dilakukan 3-4 hari PP.     
5.      Perawatan Payudara.
Dianjurkan sekali supaya ibu menyusukan bayinya karena sangat baik untuk kesehatan bayinya.


I.            PENGKAJIAN DATA TERFOKUS
·         Data subyektif
·         Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu dan seakarang, ANC, Imunisasi TT, Keluhan
·         Riwayat kesehatan
·         Data obyektif
·         TTV, Suhu, nadi, tekanan darah, RR
·         Keadaan umum
·         Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, auskultasi)

II.         DIAGNOSA KEBIDANAN
Ny...........Pooooo Past partum hari ke ...........
Masalah
1.      Perubahan organ-organ tubuh
2.      Keluhan-keluhan
Kebutuhan
1.      Pemenuhan nutrisi
2.      Breast feeding ASI
3.      Personal hygiene
4.      Perawatan BBL
5.      KB
III.      ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL
         _____ 

IV.      EVALUASI KEBUTUHAN SEGERA 
       _____

V.         PERENCANAAN 

Masalah Kebutuhan
Intervensi
Rasionalisasi
Ny........Poooooo
Post partum hari ke

Masalah :
·         After pain

·         Bendungan ASI

·         Sepsis Puerperialis




·         Bradikardi




·         Konstipasi







·         Sulit Kencing






·     Post partum blues
·     Pemeriksaan TTV

·     Observasi TFU, UC, Kandung Kemih, Perdarahan

·     Beri penjelasan pada ibu bahwa hal tersebut fisiologi
·     Menganjurkan ibu untuk tetap menyusukan ASI ke bayinya
·     Ajari Perawatan payudara
·     Kompres air biasa
·     Beri ibu antipiretik dan antibiotik
·     Anjurkan ibu jaga personal hygiene

·     Beri ibu asupan nutrisi / teh hangat
·     Beritahu bahwa nrudikardi adalah fisiologi

·     Menganjutrkan ibu makan-makanan yang berserat / tidak tarak
·     Menganjurkan ibu banyak minum air putih
·     Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini

·     Menganjurkan ibu jongkok di kamar mandi
·     Memberikan rangsangan percikan air / menyalakan krans
·     Menganjurkan ibu banyak minum air putih

·     Anjurkan orang terdekat (suami dan keluarga) untuk memberikan dorongan moriil dan kasih sayang
·     Beri penjelasan tentang perawatan diri dan BBL
·     Mengetahui keadaan dan kondisi ibu secara umum
·     Untuk mendeteksi HPP


·     Kontraksi rahing kembali ke bentuk semula
·     Agar ASI bisa mengalir lancar
·     ASI lancar
·     Untuk menurunkan panas
·     Untuk menurunkan panas, untuk membunuh bakteri
·     Untuk menghentikan infeksi


·     Untuk memnuhi nutrisi

·     Bradikardi disebabkan shunt yang terputus

·     Untuk mempermudahkan BAB I defikasi

·     Untuk Memperlancar defekasi
·     Untuk Memperlancar sirkulasi darah

·     Untuk rangsangan agar dapat kencing
·     Agar ibu dapat kencing sendiri
·     Untuk mempermudah BAB


·     Ibu akan menjadi klebih mudah dan nyaman


·     Ibu dan BBL seera dapat menyesuaikan diri .


Sabtu, 03 Maret 2012

Laporan Pendahuluan persalinan normal


PERSALINAN


Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi ( janin dan uri ) yang dapat hidup kedunia dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut :
  1. Persalinan spontan
Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri.
  1. Persalinan buatan
Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar 
 
  1. Persalinan anjuran
Bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.
            Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang dilahirkan sebagai berikut:
1.   Abortus
a.   Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup diluar kandungan.
b.   Umur kehamilan sebelum 28 minggu.
c.   Berat janin kurang dari 1000 gram.
2.   Persalinan prematuritas.
a.   Persalinan sebelum umur hamil 28 minggu sampai 38 minggu.
b.   Berat janin kurang dari 2.499 gram
3.   Persalinan aterm
a.   Persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu.
b.   Berat janin diatas 2.500 gram.
4.   Persalinan serotinus.
a.   Persalinan melampaui umur kehamilan yaitu 42 minggu.
b.   Berat janin terdapat tanda postmaturitas.
5.   Persalinan presipitatus.
    1. Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam.

Istilah-istilah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan adalah:
Gravida                     :  wanita yang sedang hamil
Primigravida              :  wanita yang hamil untuk pertama kali.
Para                          :  wanita yang pernah melahirkan bayi aterm
Primipara                   :  wanita yang telah melahirkan bayi aterm sebanyak satu kali
Multi para            : wanita yang telah pernah melahirkan anak hidup beberapa kali, dimana persalinan tersebut tidak lebih dari lima kali.
Grandemultipara        :  wanita yang telah melahirkan janin aterm lebih dari lima kali.
       Pengalaman wanita berkaitan dengan kehamilan, abortus, persalinan prematur, dan persalinan aterm serta anak yang hidup dapat dituliskan sebagai GV.P 3012 yang artinya kehamilan kelima, hamil aterm sebanyak 3 kali, satu kali abortus, dan anak yang hidup sebanyak dua orang. Untuk memudahkan mengingat arti P3012 dijabarkan dengan “Apah”, dimana A: hamil aterm, P: persalinan prematur, A: abortus (keguguran), H: anak yang hidup.

Proses terjadinya persalinan

Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, sehingga menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan saat hamil, yaitu:
1.            Estrogen
a.       Meningkatkan sensitivitas otot rahim.
b.  Memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitoksin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.
2.            Progesteron.
a.       Menurunkan sensitivitas otot rahim.
b.  Menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitoksin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis.
c.       Menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Estrogen dan progesteron terdapat dalam keseimbangan sehingga kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron menyebabkan oksitoksin yang dikeluarkan oleh hipofise parst posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk Braxton Hicks. Kontraksi Braxton Hicks akan menjadi kekuatan dominan saat mulainya persalinan, oleh karena itu makin tua hamil frekuensi kontraksi makin sering.
Oksitoksin diduga bekerja bersama atau melalui prostaglandin yang makin meningkat mulai dari umur kehamilan minggu ke-15. Disamping itu faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim dapat memberikan pengaruh penting untuk dimulainya kontraksi rahim.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dikemukakan beberapa teori yang menyatakan kemungkinan proses persalinan:
1.      Teori keregangan
a.             Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
b.            Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai.
c.       Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan.
2.      Teori penurunan progesteron
a.         Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu.
b.     Proses progesteron mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oksitoksin
c.        Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.
3.      Teori Oksitoksin internal
a.             Oksitoksin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior.
b.         Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks
c.    Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitoksin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dapat dimulai.
4.      Teori prostaglandin
a.     Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur hamil 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua.
b.      Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan.
c.              Prostaglandin dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.
5.      Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis.
a.             Teori ini menunjukkan pada kehamilan dengan anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Teori ini dikemukakan oleh linggin 1973.
b.               Malpar pada tahun 1933 mengangkat otak kelinci percobaan, hasilnya kehamilan berlangsung lama.
c.     Pemberian kortikosteroid yang dapat menyebabkan maturitas janin, induksi (mulainya) persalinan.
d.        Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hypothalamus pituitari dengan mulainya persalinan.
e.                    Glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya persalinan.
f.           Bagaimana terjadinya persalinan masih tetap belum dapat dipastikan, besar kemungkinan semua faktor bekerja sama sehingga pemicu persalinan menjadi multi faktor .
Berdasarkan teori yang dikemukakan, persalinan anjuran (induksi persalinan) dapat dilakukan dengan jalan :
1.      Memecahkan ketuban
a.                   Mengurangi keregangan otot rahim sehingga, kontraksi segera dapat dimulai.
b.                  Keregangan yang melampaui batas melemahkan kontraksi rahim, sehingga perlu diperkecil, agar his dapat dimulai.
2.      Induksi persalinan secara hormonal/kimiawi
a.                   Dengan oksitoksin drip.
b.                  Dengan prostaglandin.  
3.      Induksi persalinan dengan mekanis
a.                   Memakai laminaria stiff
4.      Persalinan dengan tindakan operasi
a.                   Operasi seksio sesarea.

Permulaan terjadi persalinan

 Dengan penurunan  hormon progesteron menjelang persalinan dapat terjadi kontraksi otot rahim menyebabkan:
Turunnya kepala, masuk pintu atas panggul, terutama pada primigravida minggu ke-36 dapat menimbulkan sesak dibagian bawah, diatas simfisis pubis dan sering ingin kencing atau susah kencing karena kandung kemih tertekan kepala.
Perut lebih melebar karena fundus uteri turun.
Terjadi perasaan sakit didaerah pinggang karena kontraksi ringan otot rahim dan tertekannya pleksus frankenhauser yang terletak sekitar serviks (tanda persalinan palsu-false labaur).
Terjadi pelunakan serviks karena tedapat kontraksi otot rahim.
Terjadi pengeluaran lendir, dimana lendir penutup serviks dilepaskan.
Tanda – tanda Permulaan Persalinan :
1.      Lightening / settling / dropping ( kepala bayi memasuki PAP ).
2.      Fundus uteri turun.
3.      Perasaan sering atau susah kencing.
4.      Perasaan sakit diperut dan pinggang
5.      Serviks menjadi lembek, mendatar dan sekresinya bertambah bercampur darah
Tanta – tanda Inpartu :
1.      Rasa sakit karena adanya his yang datang lebih sering, kuat dan teratur.
2.      Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak.
3.      Kadang ketuban pecah dengan sendirinya.
4.      Pada pemeriksaan dalam : Senviks mendatar dan m embuka.
Faktor yang berperan dalam Persalinan :
1.      Power:
  1. His (kontraksi otot rahim).
  2. Kontraksi otot dinding perut.
  3. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.
  4. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.
2.      Pasanger : janin dan plasenta
3.      Passage : jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang
           

KALA PERSALINAN

1.      Kala I ( Kala Pembukaan )
      Dibagi dalam 2 fase :
1. Fase laten.
2. Fase aktif :
 · Periode akselerasi
 · Periode dilatasi maksimal
 · Periode deselarasi
2.   Kala II ( Pengeluaran Janin )
Kepala janin telah turun masuk ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot dasar panggul yang secara reflektaris menimbulkan rasa mengedan,dengan his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala diikuti oleh seluruh badan bayi.
3.   Kala III ( Pengeluaran Uri )
Setelah bayi lahir, beberapa saat kemudian timbul his pelepasan dan pengeluaran plasenta. Dalam waktu 5 – 1 menit plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina dan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan.
4.   Kala IV
Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama.
Observasi yang dilakukan :
1.      Tingkat kesadaran ibu
2.      Pemeriksaan TTV
3.      Kontraksi uterus
4.      Terjadinya perdarahan
            Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc.

PENGKAJIAN DATA FOKUS
1.      Data Subyektif
·        Keluhan utama pasien
·        HPHT
·        Riwayat kesehatan yang lalu
2.      Data obyektif
·        Inspeksi
·        Palpasi
·        Pemeriksaan dalam
·        Pemeriksaan umum TTV auskultasi (DJJ)
·        Pengeluaran pervaginam
·        Kontraksi uterus

DIAGNOSA KEBIDANAN
G ..............P...............UK...................mgg A/T/H intrauteri dengan inpartu kala
INTERVENSI
No
Diagnosis/Masalah /Kebutuhan
Tujuan / kriteria hasil
Intervensi
Rasional
1
G...P....A/T/H intravterin dengan inpartu kala I
·      Tujuan kala I berjalam lancar sesuai waktu + 10-13 jam dan tidak ada komplikasi
·      Kriteria hasil
·      Adanya kemajuan persalinan
·      Fase laten
·      Fase aktif
·      K/u ibu baik
·      TD 110/70 – 130/90 mmHg
·      N : 74 – 84 x/mnt
·      RR : 16-24 x/mnt
·      S : 365-375 OC
·      Tidk terjadi dehidrasi
·      Djj Normal
·      Tidak terjadi fetal distress
·      Kontraksi sedang terjadi 2,5-8 menit berakhir 30 – 25 detik
·      Dilatasi servik 1,5 cm/jam multipara 1,2 cm/jam nulipara penurunan kepala janin 2 c, / jam multipara  1 cm/jam nulipara
·      Perdarahan dalam jumlah sedang
·      Ekspresi wajah rileks
·      Ibu mempu mendemonstrasikan teknik relaksasi
·      Ibu mampu menahan nyeri / tak mengedan sampai pembukaan lengkap
·         Kaji melalui isyarat verbal / non verbal tentang nyeri
·         Jelaskan pada klien tentang penyebab nyeri




·         Ciptakan lingkungan yang tenang


·         Bantu ibu melakukan relaksasi 
·         Anjurkan pada keluarga untuk mendampingi ibu dan memberi teknik kenyamanan menggosok punggung 
·         Anjurkan ibu untuk mobilisasi
·    Dengan membantu menentukan posisi yang tepat
·    Dengan mengetahui penyebab ayem sehingga dapat mengurangi kecemasan yang meningkat respon nyeri 
·    Dengan rangsangan eksternal yang tidak menenangkan tidak dapat meningkatkan ketidaknyamanan 
·    Mengurangi rasa grogi

·    Dengan kehadiran orang terdekat membantu menurunkan cemas karena nyeri



·    Dengan mobilisasi dapat mengurangi nyeri yang dialami ibu

Masalah cemas
·      Tujuan cemas berkurang
·      Kritria hasil
·      Ekspresi wajah rileks
·      Secara verbal ibu mengatakan cemas berkurang
·    Beri dukungan / support pada ibu



·    Orientasikan ibu dengan lingkungan beri informasi tentang perubahan psikologik, fisiologis pada persalinan sesuai kebutuhan
·    Kaji penyebab cemas



·    Libatkan orang terdekat untuk mendampingi ibu
·    Dengan memberi dukungan mengurangi kecemasan 
·    Informasi / pengetahuan dapat mengurangi kecemasan ibu




·    Dengan begitu dapat menentukan intervensi yang tepat 

·    Lehadiran orang terdekat akan membantu ibu merasa nyaman dan nyantai

Kebutuhan

·    Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan diri (personal hygiene)
·    Menganjurkan ibu untuk istirahat dan memenuhi kebutuhan nutrisi gizi yang cukup
·    Agar ibu merasa nyaman dan terhindar dari penyakit 
·    Agar ibu tetap sehat dan terpenuhi kebutuhan nutrii ibu dan janin